Disini... Di Desa. Kita Hidup, Berharap dan Mengabdi

Tuesday, 2 September 2014

MOTIVASI DAN PERANGKAT DESA



MOTIVASI DAN PERANGKAT DESA


Triatmanto dan Sunardi (2001) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Jadi motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan.


 Apabila membicarakan tentang motivasi kerja, hal pokok yang menjadi bagian dari pembicaraan adalah faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong orang untuk bekerja (Suhartapa, 2008). Faktor motivasi ini dibagi sumbernya oleh Luthans (2009) menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri individu, dan motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar pribadi individu.

Motivasi intrinsik menjadi faktor dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang (Prianto, 2006; Ratnawati, 2004). Menurut Ratnawati motivasi adalah suatu yang intern. Motivasi kerja intrinsik secara positif melibatkan pengalaman berharga yang dialami pekerja dari pekerjaannya. Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran akan pentingnya atau makna dari pekerjaan yang dilakukannya. Sedangkan Prianto menyatakan nilai-nilai yang dianut para pegawai di dalam motivasi intrinsik merupakan variabel utama yang menentukan kinerja.
Berkaitan dengan motivasi bekerja Perangkat Desa yang termasuk unsur pelayanan publik, Francois (2002) menyatakan bahwa para pekerja di sektor pelayanan publik mengesampingkan gaji atau pendapatan sebagai motivasi mereka (not-profit oriented). Para pekerja sektor pelayanan publik melakukan pekerjaan ini karena menganggap pekerjaan ini penting untuk dilakukan dan berarti untuk mereka (Prendergast, 2008; Francois dan Vlassopoulos, 2007).
Sementara itu, Pery dan Wise (1990) mengidentifikasi motivasi yang seharusnya dimiliki oleh pekerja pelayanan sektor publik. Jenis motivasi yang harus dimiliki adalah sikap rasional (rational), berlandaskan nilai dan norma (norm-based), dan motivasi afektif (affective motives). Motivasi ini menjadi modal utama penyelenggaraan pelayanan publik yang efektif dan efisien, yang mempengaruhi sistem kerja birokratis sehingga mempunyai tingkat kinerja yang tinggi. Faktor atau kondisi ekonomi serta kesejahteraan Perangkat Desa yang berada di bawah harapan memang sulit untuk dijadikan sebagai motif utama dalam melayani masyarakat. Perangkat Desa harus mempunyai motivasi yang kuat di luar itu agar dapat tetap memberikan dorongan dalam bekerja. Menurut
Suhartapa (2008) dalam organisasi dengan kondisi keuangan yang lemah atau menurun, perhatian lebih diberikan kepada psychological income.
Upaya pemenuhan kebutuhan yang bersifat psikologis sangat penting bagi organisasi karena akan dapat meningkatkan kegairahan dan kepuasan kerja yang akhirnya berdampak pada peningkatan kerja dan prestasi karyawan. Hal ini masih menurut Suhartapa, hal-hal positif yang ingin diperoleh karyawan dari interaksi tersebut tidaklah semata-mata hal yang bersifat material atau finansial, tetapi juga hal-hal yang bersifat psikologis.
Francois dan Vlassopoulos (2007) menggambarkan bahwa keberhasilan penyampaian layanan sosial kepada publik sangat ditentukan oleh motivasi yang datang dari internal pekerjanya. Motivasi internal (intrinsic motivation) ini disimpulkan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang bukan karena fokus pada balas jasa eksternal (external reward) tetapi karena aktivitas atau pekerjaan itu dinilai memiliki arti. Motivasi intrinsik dalam melakukan pelayanan ini disebut dengan motivasi pro-sosial (pro-social motivation). Pekerja dengan motivasi prososial tidak akan terpengaruh oleh kekuatan dari insentif.
Motivasi prososial ini digunakan sebagai istilah tingkah laku menolong dalam kajian ilmu psikologi sosial. Tingkah laku menolong diartikan sebagai tindakan individu untuk menolong orang lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi si penolong. Wujud dari tingkah laku menolong ini adalah sikap altruisme yaitu motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain (Sarwono dan Meinarno, 2009). Sikap altruime ini menjadi wujud motivasi prososial dalam memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat. Rangkaian motivasi intrinsik dapat melekat pada individu tergantung penilaian akan tugas yang dilakukan oleh masing-masing individu. Penilaian
individu ini berdasarkan idealisme dan standard mereka masing-masing.
Hasil penilaian tadi akan tercermin dari perilaku yang nampak. Dari perilaku tersebut akhirnya dapat dibuat kesimpulan bagaimana motivasi kerja intrinsik seseorang (Ratnawati, 2004). Pendapat tersebut didukung oleh Thomas dan Velthouse (1990) yang menyatakan bahwa, “Essentially, intrinsic task motivation involves positively valued experienced that individuals derive directly from the task.”.
Berbagai penelitian sudah berupaya untuk mengungkapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja serta motivasi pegawai. Faktor internal yang dianggap mempengaruhi kinerja adalah tentang nilai-nilai yang Dianut para pegawai. Hasil penelitian Subyantoro (2009) menemukan korelasi yang positif dan signifikan hubungan antara karakteristik pribadi seseorang yang terdiri dari kemampuan, nilai, sikap, dan minat terhadap motivasi kerja seseorang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prianto (2006) menyimpulkan adanya pengaruh
langsung antara nilai-nilai yang dianut para staf dengan motivasi kerja. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai yang mengutamakan kualitas dalam bekerja, tidak apriori terhadap cara kerja baru, memiliki spirit dalam bekerja, sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja secara mandiri, sungguh-sungguh, dan cenderung aktif sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan. Moorman dan Blakely (1998) menemukan kemauan saling membantu terhadap sesama, kemauan mengambil inisiatif, dan kecenderungan bersifat loyal dipengaruhi oleh
nilai-nilai pada budaya yang dianut
Melihat kondisi ini, menarik kiranya untuk mengkaji lebih dalam mengenai motivasi Perangkat Desa dalam bekerja dan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi motivasi tersebut, mengingat kondisi Perangkat Desa yang
profesinya masih mengandung berbagai masalah seputar kesejahteraan dan status kepegawaian, sedangkan tuntutan melaksanakan kewajiban harus terus dilakukan.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive