BLSM
Terkait naiknya harga BBM pemerintah menyalurkan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Jauh/bersamaan Ketika pemerintah berencana menaikan harga BBM, dalam waktu yang BERsama pemerintah JUGA MENGINFORMASIKAN bahwa akan ada program konvensasi akibat kenaikan harga BBM dimaksud yakni BLSM, Sesaat kami di desa terasa merinding dan jelas galau, dalam artian dari mana data yang digunakan oleh pemerintah untuk menentukan sasaran penerima program, peristiwa BLT tahun 2005 - 2008 seharusnya menjadi pengalaman bagi pemerintah pusat mengingat tidak sedikit terjadi gejolak di tiap tiap desa/kelurahan padahal pada program BLT lalu jelas para petugas pendataan dibekali 14 indikator penerima program BLT tetap masih saja terjadi kekisruhan di lapisan bawah (faktor cemburu). Sedangkan untuk yang sekarang, sebenarnya apa sih tujuan dan maksud pemerintah membuat program BLSM dalam waktu instan, tanpa ada pemutahiran data dan tanpa ada sosialisasi terlebih dahulu.
Berdasarkan pengalaman yang terjadi di lapangan, semestinya pemerintah menyadari dan mengerti bahwa setiap bantuan program yang bersifat langsung diterima oleh masyarakat harus dilakukan pemutahiran data terlebih dahulu karena dikhawatirkan akan terjadi benturan-benturan di masyarakat lapisan paling bawah, dan yang jelas benturan-benturan tersebut akan menimpa aparatur pemerintahan Desa.
Kelihatan pemerintah seolah dianggap mampu dengan cepat mengambil sebuah keputusan terkait kenaikan BBM,namun dampak dari keputusan tersebut justru malah membikin permasalahan baru, baik dampak dari kenaikan BBM itu sendiri maupun terjadi krisis sosial baru di lapisan masyarakat. Memang mungkin pemerintah ditutut bertindak cepat dalam mengambil keputusan tersebut, APABILA memakai metode-metode sebelumnya seperti pelatihan petugas pendataan kemudian proses pendataan (yang seperti biasa dilakukan oleh BPS dan Petugas BPS) jelas memerlukan waktu cukup panjang.
Sebenarnya kalau pemerintah jeli ada cara untuk mengambil sebuah keputusan dengan cepat dan yang jelas selain keakuratan data dan juga dampak yang ditmbulkan dapat di minimalisir serta biaya yang cukup ringan. yakni dengan memanfaatkan kebiasaan bermusyawarah masyarakat desa (Rasa nya hampir di seluruh desa di indonesia kebiasaan bermusyawarah tetap ada) biarkan pemerintah desa dan seluruhnya msyarakat DESA ITU SENDIRI yang menentukan siapa-siapa saja masyarakat yang berhak menerima program BLSM, karena jelas tidak mungkin orang yang mampu mengajukan atau diajukan untuk menerima program dalam musyarawah itu. kami yakin dalam satu hari/satu kali hasil musyawarah sudah dapat diambil, dengan catatan dalam kegiatan musyawarah tidak menggunakan kuesioner, indikator atau kriteria yg justru terkadang indikator dan kriteria orang miskin di indonesia sampai saat ini hasilnya tidak akan selalu tepat sesuai kenyataan riil didepan mata.
Salah satu kasus : Ada satu kelurga yg jelas dilihat langsung oleh mata adalah orang tidak mampu/miskin.
Tapi kemudian mana kala di pindahkan kedalam kuesioner indikator penilai keluarga tersebut akan berubah menjadi orang yang mampu.
1. Pendidikan SLA (bukan kriteria orang miskin - namun karna paktor nasib untuk sementara masih tidak bekerja tetap hanya sebagai buruh tani) bahwa setiap orang tua walaupun di desa mengharapkan seluruh anaknya menjadi orang pintar dengan harapan semoga hidupnya kelak tidak seperti bapaknya, setiap hari hanya menjadi buruh tani, jadi jelas tingkat kelulusan nya SMA Bukan berarti mampu namun paktor lain. Ketika dimasukan kedalam kuesioner salah satu indikator tingkat pendidikan jelas hilang 1 point.
Jusru malah banyak lulusan SD (indikator orang miskin) karena paktor nasib berhasil dalam usaha perdagangan dan jelas untuk indikator pendidikan nya termasuk orang miskin. punya point 1
2. Luas tempat tinggal kriteria tidak mampu/miskin adalah 2 x 2 meter untuk satu jiwa.
Didaerah hal tersebut tidak berlaku mengingat rata-rata rumah di desa berukuran besar minimal 6 x 9 meter persegi dan rata-rata ditempati oleh 5 orang, ketika dipindahkan ke kuesioner indikator tempat tinggal hilang lagi 1 point. (tradisi atau rumah warisan orangtua)
3. Indikator kesehatan : Rumah yang tidak mempunyai jamban adalah rumah tangga tidak mampu/miskin. Padahal jaman skarang masyarakat sudah mengerti akan pentingnya kesehatan, selain itu banyak program pemerintah yang mendukung setiap rumah tangga harus mempunyai WC (Keshling - Jambanisasi - PNPM dsb). karena mempunyai WC jelas hilang lagi 1 point.
dst...dst..
Kembali kepada permasalahan BLSM. Sperti apa yang dikatakan oleh YTH. Bapak Hatta Rajasa " JANGAN MENCARI KAMBING HITAM
"Ya memang tidak ada yang perlu dikambinghitamkan. Sekarang yang terpenting memperbaiki yang kurang," kata Hatta Rajasa di Yogyakarta, Sabtu.
Memang pak secara teori gampang diucap dan itu yang diharapkan :
Tapi kenyataan Pemerintah selalu mengatakan bahwa ini data dari BPS-2011 dan Pihak BPS mengatakan Ya ... ini kan hasil pendataan petugas pendataan yang nota bene jelas kebanyakan adalah perangkat Desa. Berarti SIAPA YANG MENJADI KAMBING HITAM ATAU TERPOJOKAN.
Ditambah asumsi kebanyakan masyarakat bahwa semua data berawal dari bawah (Desa) .... kembali jelas yg menjadi kambing korban ... ya pendata tadi.
NASIB-NASIB PERANGKAT DESA : UDAH KERJANYA GA KENAL WAKTU, punya dua rangkap jabatan SELAIN PERANGKAT DESA (penyelenggara pemdes) JUGA PAMONG DESA (mampu mengayomi, melindungi masyarakat), TUTUTAN DISAHKANNYA RUU TENTANG DESA GA RAMPUNG-RAMPUNG, EHH SEKARANG MALAH JADI KAMBING HITAM.
Sedikit saya mencoba kilas balik Pendataan Penyandang Masalah Sosial - BPS 2011.s.d BLSM
1. Kami hanya ditugasi mendata seluruh masyarakat miskin dan penyandang masalah sosial dan bersifat data umum. Dengan sendirinya seluruh masyarakat yang PADA TAHUN 2011 masuk kriteria tersebut di data.
2. Kami petugas pendata tidak pernah diberi kriteria atau indikator setiap program yang akan di keluarkan oleh pemerintah... inti nya data seluruh PMKS dengan benar. Dengan sendirinya kami pun tidak pernah dan tidak akan tahu dari nama-nama yang kami ajukan tersebut akan memperoleh program yang mana yang akan ada di indonesia.
Jadi jelas seluruh peugas pendata tidak pernah mengajukan orang-orang atau warga khusus nya untuk mendapatkan PROGRAM BLSM.
3. Ketika pemerintah merencanakan program BLSM sebelum dinaikan harga BBM, kami sedikit mengharap penerima BLSM juga atau sama jumlah dan orangnya yang menerima JAMKESMAS/ASKEKIN (yg menurut BPS Juga adalah orang miskin) yang katanya sumbernya juga dari hasil sensus BPS-2011.
Yah... walau kadaluarsa minimal tingkat kecemburuan dan kerawanan sangat kecil.
4. Ketika pemerintah menyampaikan daftar nama dan jumlah penerima BLSM. Laksana disambar petir di siang bolong. Ternyata jumlah yg memperoleh BLSM Hanya seperti penerima JAMKESMAS, Dimana sebagian besar masyarakat di desa berasumsi bahwa peserta program JAMKESMAS Juga orang miskin Kok tidak menerima BLSM yang katanya juga buat orang miskin, timbul permasalahan dan jelas kecemburuan.
Ditambah bapak-bapak yang terhormat beranggapan bahwa ketidak tepat sasaran tersebut akibat pendataan atau ajuan pihak pendata / perangkat desa / ngabihi / Kaur pemerintahan. (Otak yang tadina asak dengan ada hal eta jadi tambah asak - mun berhadapan mah mereun bisa jadi gulung- urusan kumaha engke).
Yang bikin miris lagi dari nama-nama penerima BLSM Justru malah orang-orang yang memang pada tahun ini sudah berubah menjadi orang mampu dibandingkan masyarakat miskin lainnya yang tidak dapat.
* BEBERAPA CONTOH KASUS PENERIMA BLSM HASIL PENDATAAN DUA TAHUN / HAMPIR TIGA TAHUN YANG LALU *
1. PMKS pda tahun 2011 jumlah jiwa dalam satu rumah 8 saat ini hanya 4 dengan sendirinya disamping mempunyai kegiatan. jelas tingkat kebutuhannya hidu sehari-hari menjadi lebih berkurang.
2. Tingkat penghasilan perbulan semakin tinggi ditambah mempunyai usaha baru yang maju.
3. Buruh tani berubah menjadi pedagang yang berhasil
4. Janda yang menikah kembali dengan pria mapan dan berpenghasilan tetap
5. Kepala keluarga yang tadi ttidak mempunyai pekerjaan tetap saat ini mempunyai kegiatan yang cukup lumayan (penghasilan).
dsb
Tulisan ini sangaja saya buat, bukan untuk merasa paling benar dan tidak ingin di kritik atau menyalahkan pihak lain.
Tapi mari lah kita sama - sama menjaga ketertiban, kekondusifan, persatuan dan kesatuan. Dan mari kita saling menghargai sesama.
Dan yakin : BAHWA SETIAP ADA KESULITAN PASTI ADA KEMUDAHAN
Terima kasih ... Wasalam
PENULIS : TRIYADI SUSIANTO
No comments:
Post a Comment