MADRASAH
DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH (MDTA)
DESA
RAJAWETAN
PERJALANAN
DAN PERJUANGANNYA
DALAM
MENCETAK PRIBADI – PRIBADI MULIA
Rajawetan.
Mei 2013
I.
LATAR BELAKANG
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah
adalah lembaga pendidikan Islam yang telah dikenal sejak jaman dulu oleh para orang tua kita, berbarengan ketika masa penyiaran Islam di seluruh negri. Metode
dan sistem Pengajaran Islam timbul
secara alamiah disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di masing – masing
daerah, yang berjalan secara halus,
perlahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar, ketika bangsa Indonesia masih dijajah hampir disetiap
desa yang penduduknya beragama Islam,
terdapat metode dan sistem pengajaran Islam dengan nama dan bentuk yang
berbeda- beda antara satu daerah dengan daerah lainnya, seperti pengajian,
surau,rangkang, kesemua itu merupakan cikal bakal terbentuknya pondok-pondok
pesantren dimana metode dan sistem nya mulai lebih terencana walau pada awalnya
tiap-tiap pondok mempunyai mata pelajaran yang berbeda namun secara umum
mempunyai sifat dasar yang sama yaitu dengan memasukan selain metode pengajaran
juga diterapkan metode pendidikan dengan berbagai mata pelajaran yang lebih
luas seperti pemahaman dan pelajaran aqidah, ibadah, ahklak dan membaca
al-Qur’an.
Seperti pada desa desa lain yang ada
diwilayah nusantara kegiatan pengajaran
agama islam telah ada sejak jaman penjajaahan belanda walau masih sangat
sederhana baik dilakukan di surau maupun di rumah para tokoh guru ngaji saat
itu, seperti bapak lebe Ramin, Bapak Asbur dan lainnya, kemudian pada awal masa
kemerdekaan muncul tokoh-tokoh guru ngaji seperti Bapak Lebe Madari, Bapak
Sigra, Ibu Suhati, dengan kondisi sosial budaya masyarakat desa yang memang
Islami kegiatan kegiatan pengajian tersebut terus berjalan sampai periode tahun
1970 an s.d tahun 1990 dengan tokoh guru ngaji pada masa tersebut seperti,
Bapak Abunawas, Bapak Sukmana, Bapak Jamhari, namun imbas masuknya era
modernisasi sempat mempengaruhi maraknya
kegiatan pengajian-pengajian yang sudah berjalan, memang pada setiap kemajuan
di berbagai bidang selain ada sisi manfaat positifnya juga tidak tertutup
kemungkinan timbul sisi negatifnya manakala kita tidak mampu secara bijaksana
menempatkan sebuah kemajuan kedalam kehidupan sehari-hari.
Kekhawatiran para orang tua pun
timbul pada awal tahun 2000 ketika listrik mulai masuk Desa Rajawetan, anak-anak
yang selepas magrib biasa melakukan kegiatan pengajian baik di masjid maupun di
rumah para guru ngaji mulai tertarik dan terbius oleh keberadaan Televisi yg
pada masanya saat itu memang sangat kuat berpengaruh (yang tadinya tidak ada
menjadi ada) anak-anak lebih suka berada didepan TV dari pada ke pengajian,
namun Alhamdulilah pengaruh awal awal
modernisasi tersebut tidak seratus persen merubah sosial, budaya dan karakteristik
islami yang ada di Desa Rajawetan.
Siar islam pada awal era tahun 2.000
memang terasa sulit terutama pada kegiatan pengajian anak anak dan remaja namun
berkat perjuangan 2 orang tokoh guru ngaji yakni Bapak Sukamana di dusun
lamelaut dan Bapak Jamhari di dusun Tersana kegiatan pengajian masih berjalan
walau dengan jumlah anak didik sedikit, masa kepakuman kegiatan pengajian bagi
anak-anak terjadi antara tahun 2002 s.d 2004. Kita para orang tua memang harus
menyadari dan ikut berperan aktif dalam siar islam khususnya bagi putra-putri
kita mengingat era modernisasi saat ini sudah benar benar mempengaruhi
kehidupan masyarakat umumnya dan para anak-anak kita khususnya, kemudian sejak
awal tahun 2005 tampil para generasi muda dengan dukungan dari pemerintah desa
rajawetan membentuk TPA Dimasjid Nurul Huda, seiring berjalannya waktu dengan
penuh kesabaran, keiklasan dan ketekunan serta mampu mengatasi berbagai kendala
dan hambatan yang ada saat ini telah terbentuk Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah (MDTA) Desa Rajawetan. Kami atas nama seluruh masyarakat Desa
Rajawetan mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas perjuangan dan pengorbanan serta
pengabdian tanpa pamrih dari seluruh pengelola dan pengajar di MDTA Desa
Rajawetan yang sampai saat ini masih eksis mempertahankan keberadaan MDTA Desa
Rajawetan walau masih dalam kondisi yang kurang mamadai dari segi sarana dan
prasarana dan sebagainya, namun semangat dan pengabdiannya masih tetap tinggi
dengan terus berupaya menciptakan anak-anak bangsa yang mempunyai
pribadi-pribadi mulia (Ahklakul Karimah), terima kasih ini kami sampaikan
kepada Yth. Bapak Ustaz Muhamad Yusuf Abdul Roup, Ibu Nurdiana, Ibu Rina
Herlina yang telah dan masih terus memberikan sumbangsihnya bagi berjalannya MDTA
Desa Rajawetan, Semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan, perlindungan serta
pahala bagi mereka.
I.
KONDISI DAN PERANANNYA
Seiring dengan ditetapkannya
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar
Diniyah Takmiliyah Awaliyah kemudian dengan bantuan para adik-adik masiswa dari
STAIN Syech Nurjati Cirebon yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Rajawetan yang dikomandani oleh sdr. Ima Mutasim berupaya mendaftarkan TPA yang ada di Desa Rajawetan kepada Kementrian Agama
untuk dapat berdiri sebuah Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah, dan
Alhamdullilah harapaan seluruh masyarakat Desa Rajawetan melalui perjuangan
adik-adik KKN MDTA desa Rajawetan dapat terbentuk dan tetap eksis sampai saat
ini.
Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah, merupakan sebuah sekolahan non-formal yang berada dalam naungan atap
kementrian agama yang mana sudah cukup lama dikenal sebagai institusi
pendidikan keagamaan yang sangat unik dan khas Indonesia. Telah puluhan tahun
lahir, tetapi ia masih eksis sampai hari ini, meski tanpa dukungan financial
langsung dari negara/pemerintah sekalipun. MDTA terkadang diremehkan bahkan
dikesampingkan oleh sebagian masyarakat, karena dalam relitanya kesadaran
masyarakat Islam akan pendidikan agama masih kurang, masih banyak masyarakat di
jaman globalisasi lebih mengutamakan sekolah-sekolah umum MDTA dipandang
sebagai sebuah lembaga keagamaan yang konservatif
dan statis. Tetapi dalam perkembangannya ternyata mampu melahirkan banyak
generasi-generasi muslim yang memiliki karakter, akhlaq, moral dan pola pikir
anak yang progresif dan bagus.
MDTA pada sisi lain, memiliki kemampuan dan suasana
tersendiri dalam ikut berperan aktif
dalam membantu mencerdaskan putra-putri kita dan tidak dapat dipungkiri mampu menghidupkan dan menanamkan pendidikan agama sejak
anak-anak. MDTA Diharapkan dapat memberikan jawaban-jawaban yang sangat relevan
dan strategis dalam menghadapi perkembangan zaman ini.
seiringnya perjalanan waktu dimana sedikit
demi sedikit akhlak dan moral semakin
hilang diharapkan para Putra-putri kita mampu membenahi dan mampu mengembalikan
keadaan bangsa yang memiliki generasi-generasi dan insan-insan yang berprilaku
baik dan didalamnya terdapat akhlakul karimah dan budi pekerti yang
luhur.
Polemik-polemik yang sering kita
lihat distasiun-stasiun televisi atau mungkin disekeliling kita merupakan salah satu bukti real dari
bokbroknya akhlak / moral, Salah satu yang mampu menjawab masalah tersebut
adalah dengan menanamkan pendidikan agama yang didalamnya terdapat penanaman akhlakul
karimah dan memberikan pembinaan akhlak yang baik kepada anak bangsa.
Sehingga dengan seperti itu anak akan mampu menghadapi permasalahan moralitas,
kreativitas, dan kriminalitas. Dan tentunya penanaman moral tersebut perlu
ditanamkan sejak usia dini, yakni dengan perantara pendidikan agama Islam.
Teringat nasehat yang terdapat dalam kitab Akhlaku Lil Banin karya Al-Ustadz
Umar Baradja, akhlak itu ibaratkan sebuah pohon. Ketika sebuah pohon tidak
dirawat dari sejak kecil maka akan sukar untuk meluruskannya ketika sudah
besar. Begitupun dengan pendidikan akhlak anak. Ketika akhlak ditanamkan sejak
kecil kepada anak, maka ketika anak sudah dewasa akan memiliki kepribadian yang
baik. Tetapi ketika akhlak tidak ditanamkan sejak dini, maka akan sukar sekali
untuk meliruskannya ketika besar.
Maka MDTA DENGAN pembinaan DAN pendidikan agama yang bertujuan pada
terbentuknya diri anak yang beriman dan bertakwa, berbudi luhur, berakhlakul
karimah, adil, mempunyai pribadi dan karakter yang baik akan mencetak
generasi-generasi penurus bangsa yang berkualitas. Ini adalah nilai yang
sempurna, artinya generasi-generasi bangsa yang beragam sekaligus beriman,
berilmu pengetahuan dan memiliki ilmu agama maka terciptalah bangsa
dengan kehidupan yang madani.
II.
PERMASALAHAN
Dalam
undang-undang system pendidikan nasional dan Peraturan pemerintah RI Nomor 55
tahun 2007 bahwa Pendidikan Diniyah terdiri dari Pendidikan Diniyah
Formal, pendidikan Diniyah non formal dan pendidikan Diniyah
informal. Pendidikan Diniyah Formal terdiri dari Pendidikan Diniyah dasar
(PDD), Pendidikan Diniyah Menengah Pertama(PDMP), Pendidikan Diniyah Menegah
Atas (PDMA) dan Pendidikan Diniyah Tinggi (pst). Adapun Pendidikan non formal
mencakup diniyah takmiliyah awaliyah (DTA), diniyyah takmiliyah wustha (DTW)
dan diniyyah Takmiliyah Ulya (DTU),pendidikan al-Qur’an,majlis taklim, dan
pengajian kitab. Sedangkan Pendidikan Diniyah Informal adalah pendidikan
keagaman Islam yang berlangsung dalam keluarga dan lingkungan.
Bagian ini menggambarkan kondisi
Diniyah Takmiliyah saat ini yang dilihat dari berbagai sudut pandang yakni (1) aspek kelembagaan,(2) manajemen, (3)
kurikulum, (4) keadaan tenaga pengajar, (5) keadaan murid, (6) Pendanaan,
(7) evaluasi.
Pertama, Aspek Kelembagaan
Kelembagaan Diniyah takmiliyah
(DT)telah disebutkan dia atas masuk kepada Undang-undang Sisdiknas dan
Peraturan Pemerintah RI. Oleh karena itu kemenag tingkat provinsi dan tingkat
kabupaten/kota sangat konsen terhadap kelembagaan Diniyah Takmiliyah ini.
Namun secara umum kelembagaan
diniyah takmiliyah masih menghadapi problema tersendiri. Dinamika MDTA desa
Rajawetan penulis berasumsi sbb :
a. Aspek penyelengaraan, diniyah
takmiliyah sepenuhnya dipercayakan atau dikelola oleh seseorang tokoh agama.
(Aspek
penyelengaraan, diniyah takmiliyah ada yang bernaung dibawah ormas islam
seperti NU,Persis, Muhammdiyah. Ada juga perorangan dan yayasan juga DKM :
Elsaha Dinamika Madrasah Diniyah 2008:85)
(Diniyah Takmiliyah Awaliyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6, dapat diselenggarakan oleh perseorangan, lembaga masyarakat, Pemerintah
Daerah, atau Pemerintah.
Perda Kabupaten Kuningan Nomor 02 Tahun 2008)
b. Hambatan psikologis karena sebagai
pendiri MDTA, Pemerintah Desa dan Tokoh Agama belum dapat menyamakan pandangan
dan persepsi perihal keberadaan MDTA
Kedua, aspek manajemen
a. Sentralisasi kegiatan dan
pelaksanaan management kepada Kepala Sekolah MDTA.
Ketiga,
keadaan murid
a. Belum seluruhnya anak-anak usia dini
yang mengikuti sekolah MDTA.
b. Belum sepenuhnya para orang tua
berperan aktif mendorong putra-putrinya untuk dapat mengiuti kegiatan sekolah
di MDTA’
(Peserta didik terdiri dari anak-anak tingkat Sekolah
Dasar/Sederajat yang beragama Islam, Pasal 14 ayat 2 Perda Kabupaten
Kuningan Nomor 02 Tahun 2008)
Keempat, kesejahteraan
a. Sebuah keteladanan yang mungkin bisa ditiru
oleh pengajar lembaga lainnya dari kinerja para ustad dan ustadzah MDTA Desa
Rajaawetan merekalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” dalam artian tidak punya honor
tetap.
Pemerintah Desa Rajawetan sampai
saat ini belum dapat memberikan kesejahteraan bagi pengelola MDTA mengingat PAD
Desa tiap tahun sangat kecil, mudah-mudahaan dengan berbagai upaya tingkat
kesejahteraan tsb dapat terwujud,
Seperti yang tertuang pada Perda
Kabupaten Kuningan Nomor 02 Tahun 2008
Pasal
21
(1)
Pembiayaan
penyelenggaraan Diniyah takmiliyah Awaliyah merupak tanggung jawab Penyelenggara dan Masyarakat.
(2)
Pemerintah
Daerah berkewajiban memberikan dana penunjang kelancaran penyelenggaraan
pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Kelima,
Sarana dan Prasana
Sampai
saat ini MDTA Desa Rajawetan dalam kegiatan belajar dan mengajarnya masih
menumpang di Masjid Nurul huda
III.
EVALUASI DAN
KESIMPULAN
Kita semua wajib mensyukuri bahwa dengan
pengorbanan, dan perjuangan pengelola dan pengajar MDTA, proses belajar dan
mengajar di MDTA Masih tetap eksis dan berjalan, kemudian yang paling menyentuh
dan berkesan di hati penulis adalah :
ANAK ANAK KITA PARA GENERASI PENERUS BANGSA MULAI
DIUSIA DINI SUDAH TERTANAM NILAI-NILAI MORAL DAN AKIDAH YANG DAPAT DIBANGGAKAN.
ANAK-ANAK KITA SEJAK USIA DINI SUDAH MAMPU
MENGERTI HURUF HURUF AL-QUR’AN (Tingkatan Iqro)
ANAK-ANAK KITA PADA USIA DINI TELAH DAPAT
MENGHAPAL BEBERAPA DOA – BEBERAPA SURAT AL-QUR’AN (bukan maksud menyombongkan
atau membanggakan diri ; seperti apa yang dialami sendiri oleh penulis putri
kami yang sejak usia 4 tahun telah mampu menghapal beberapa doa dan beberapa
surat pada juz amma)
Hal tersebut diatas membuktikan bahwa keberadaan
MDTA Desa RAJAWWETAN memang sangat dibutuhkan
Seperti
nasehat yang terdapat pada kitab Akhlaku Lil Banin karya Al-Ustadz Umar Baradja
:
Akhlak
itu ibaratkan sebuah pohon, ketika sebuah pohon tidak dirawat daari sejak kecil
maka akan sukar untuk meluruskannya ketika sudah besar. Begitupun dengan
pendidikan akhlak anak, ketika akhlak ditanamkan sejak kecil kepada anak, maka
ketika anak sudah dewasa akan memiliki kepribadian yang baik, tetapi ketika
akhlak tidak ditanamkan sejak dini, maka akan sukar sekali untuk meluruskannya
ketika besar.
Alhamdulilah
dengan semangat dan perjuangan para pengelola MDTA kegiatan belajar dan
mengajar tetap berjalan sesuai kkurikulum yang telah ditetapkan oleh kementrian
agama dan telah melaksanakan ujian mulai tahun ajaran 2011/2012 dengan
meluluskan 30 orang siswa.
Dalam kesempatan
ini penulis berharap : Seluruh masyarakat Desa, Lembaga Desa/masyarakat serta
Pemerintah Desa Rajawetan dapat bersama-sama ikut peduli dan melakukan berbagai
upaya demi berlangsung dan majunya MDTA Desa Raajawetan untuk masa-masa akan
datang. Yang pada akhirnya nanti Desa Rajawetan Memiliki generasi-generasi yang
berjiwa mulia baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam menjalankan roda
kepemerintahan di Desa Rajawetan.
Dan
Pemerintah Kabupaten Kuningan dengan Perda Kabupaten Kuningan Nomor 02 Tahun
2008 tentang Wajib Belajar Diniyah Takmiliyah Awaliyah secara murni dan
konsekuen melaksanakan semua pasal pasal yang terkandung didalamnya.
Semoga Allah
SWT selalu memberikan pertolongan, dan perlindungannya AMIN
PENULIS :
TRIYADI SUSIANTO
Kayaknya listrik masuk ke desa Rajawetan bukan awal 2000, tapi sekitar tahun 1990an, salam untuk desa Rajawetan tercinta.
ReplyDelete